Fabio Quartararo Hengkang? Kontrak Habis, Yamaha Kehilangan El Diablo?

admin

Pebalap andalan tim pabrikan Yamaha, Fabio Quartararo, secara terbuka mengungkapkan pandangannya yang tegas mengenai masa depannya di ajang balap MotoGP. Juara dunia musim 2022 itu menegaskan kembali kepercayaannya pada proyek yang tengah dibangun Yamaha, namun tak menampik kemungkinan untuk hengkang jika hasil yang diharapkan tak kunjung terwujud.

Dalam pernyataannya yang dikutip dari Crash pada Minggu (1/6/2025), Quartararo menyampaikan, “Saya benar-benar percaya pada proyek ini, tetapi jika tidak berhasil, saya akan pindah ke proyek yang sudah siap.” Pernyataan ini menjadi sorotan mengingat posisi Quartararo sebagai salah satu talenta terbaik di grid MotoGP saat ini.

Dengan kontrak fantastis senilai 12 juta Euro atau setara Rp 210 miliar per musim, Fabio Quartararo kini memegang predikat sebagai pebalap dengan bayaran tertinggi di arena MotoGP. Kesepakatan menguntungkan bersama Yamaha itu akan mengikatnya hingga akhir musim 2026, memberikan waktu bagi kedua belah pihak untuk mewujudkan ambisi juara.

Setelah menghadapi periode sulit dalam beberapa musim terakhir, Yamaha mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang menjanjikan. Sinergi baru dengan tim satelit Pramac, yang kini bekerja sama dengan pabrikan asal Jepang tersebut, diharapkan dapat memperkuat posisi Yamaha dalam hal pengumpulan data dan akselerasi pengembangan motor.

Secara individu, Quartararo sendiri telah menunjukkan performa yang cukup impresif sepanjang musim ini. Keberhasilannya meraih pole position dalam tiga balapan terakhir adalah bukti nyata kecepatan motor Yamaha yang sangat kompetitif dalam satu lap, mengindikasikan potensi besar yang dimilikinya.

Kendati demikian, tantangan terbesar bagi Yamaha masih terletak pada konsistensi performa selama balapan penuh, khususnya dalam persaingan di trek lurus. Keunggulan motor Ducati kerap menjadi ganjalan utama, membuat Yamaha kesulitan mempertahankan kecepatan di sepanjang durasi balapan.

Salah satu momen paling pahit terjadi di MotoGP Inggris akhir pekan lalu, di mana Quartararo sejatinya memiliki peluang emas untuk meraih kemenangan. Namun, nasib berkata lain; kerusakan pada perangkat pengatur ketinggian motornya secara tragis memaksanya mundur dari balapan saat memimpin di posisi terdepan. Insiden memilukan ini tak hanya menyisakan kekecewaan mendalam hingga membuat Quartararo menitikkan air mata, namun anehnya, justru memperkuat keyakinannya akan proyek pengembangan Yamaha.

Meskipun mengakui bahwa “bekerja sama dengan orang Jepang selalu menyenangkan, meski kadang terasa lambat,” Quartararo merasakan adanya perubahan positif dalam budaya kerja tim. Ia menambahkan, “Tetapi mereka yang ada di sini sekarang sudah sedikit lebih fleksibel, seperti orang Eropa.” Hal ini tercermin dari pendekatan yang lebih gesit; “Kami tidak akan menunggu dua bulan untuk melihat apakah sebuah peningkatan berhasil lewat pengujian jarak jauh. Jika perubahan itu bekerja, maka langsung kami terapkan,” tegasnya. Perubahan ini menunjukkan komitmen Yamaha untuk bergerak lebih cepat dan responsif dalam menghadapi dinamika persaingan MotoGP.

Also Read