Panji.id – , Jakarta – Pasukan Israel dilaporkan telah mencegat sebuah kapal bantuan kemanusiaan yang berlayar menuju Gaza pada hari Senin, menahan para penumpangnya, termasuk aktivis iklim terkemuka Greta Thunberg. Insiden ini terjadi di tengah pembatasan akses yang berkelanjutan ke wilayah Palestina tersebut.
Kapal sipil yang dimaksud, bernama Madleen dan dioperasikan oleh Freedom Flotilla Coalition (FFC), dihentikan saat berada di perairan internasional. Menurut laporan dari Newsweek, militer Israel menyatakan bahwa pencegatan ini adalah bagian dari upaya penegakan hukum terkait blokade laut Gaza yang telah diberlakukan sejak lama. Sementara itu, FFC menegaskan bahwa tujuan mereka adalah mengirimkan bantuan kemanusiaan vital, seperti makanan, susu formula bayi, dan perlengkapan medis.
Kementerian Luar Negeri Israel mengonfirmasi bahwa kapal Madleen dialihkan menuju pelabuhan Ashdod di Israel, dan para penumpangnya akan dipulangkan ke negara asal masing-masing. Kementerian ini juga merilis sebuah video yang menampilkan para aktivis mengenakan rompi pelampung sambil menerima makanan dan minuman. Dalam pernyataan daringnya, pihak Israel menggambarkan kapal tersebut sebagai “kapal pesiar swafoto” dan menjamin bahwa bantuan kemanusiaan yang dibawa akan tetap ditransfer ke Gaza melalui prosedur yang telah ditetapkan.
Sebelum ditangkap oleh tentara Israel, Greta Thunberg sempat merekam pesan terakhir yang dirilis oleh FFC. Dalam video tersebut, ia menyatakan, “Jika Anda melihat video ini, berarti kami telah dicegat dan diculik di perairan internasional oleh pasukan pendudukan Israel, atau pasukan yang mendukung Israel.”
FFC sendiri telah memberikan instruksi kepada para aktivis untuk bersiap menghadapi kemungkinan penyadapan dan merekam pesan-pesan sebelum insiden terjadi. Di sisi lain, Pemerintah Israel menegaskan bahwa upaya masuk ke Gaza tersebut adalah tindakan yang tidak sah dan melanggar hukum, serta menuduh Thunberg dan rekan-rekannya telah merusak upaya kemanusiaan yang sedang berlangsung.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengungkapkan bahwa ia telah menginstruksikan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk mencegah kapal Madleen mencapai Gaza. Katz juga menambahkan bahwa para penumpang akan diperlihatkan video serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 sesaat setelah mereka tiba di Israel.
Sebagai konteks, Israel dan Mesir telah memberlakukan blokade terhadap Gaza sejak tahun 2007, menyusul pengambilalihan wilayah tersebut oleh Hamas. Pihak Israel menyatakan bahwa pembatasan ini bertujuan untuk mencegah masuknya senjata dan material yang dapat digunakan oleh kelompok militan.
Menyikapi insiden ini, Hamas, yang merupakan otoritas penguasa di Gaza, mengecam keras penyadapan tersebut sebagai pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional. Hamas menegaskan bahwa para aktivis adalah relawan sipil yang bertindak atas dasar motif kemanusiaan murni. Oleh karena itu, kelompok tersebut menuntut pembebasan segera para aktivis dan menyerukan campur tangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta organisasi internasional lainnya.
Pihak berwenang Israel sebelumnya telah mengindikasikan bahwa para aktivis yang ditahan akan melalui proses hukum dan kemudian dipulangkan ke negara asal mereka. Pada hari Senin, seluruh aktivis tersebut telah diangkut ke Ashdod.
Pilihan editor: Top 3 Dunia: Elon Musk Ditawarkan Suaka Politik hingga Kekayaan Anjlok