Inzaghi Dipecat Inter Milan? Marotta Buka Suara Usai Final Liga Champions!

admin

Panji.id Masa depan pelatih Inter Milan, Simone Inzaghi, menjadi teka-teki besar setelah tim berjuluk I Nerazzurri itu harus merelakan mimpi juara Liga Champions 2024/2025. Pertanyaan mengenai apakah Simone Inzaghi akan tetap bertahan atau justru dipecat mengemuka setelah Inter Milan menelan kekalahan telak di partai final.

Terbaru, Presiden dan CEO Nerazzurri, Giuseppe Marotta, turut buka suara terkait kelanjutan karier sang pelatih pasca-gagalnya Inter Milan meraih trofi Si Kuping Besar musim ini.

Diketahui, Inter Milan dihancurkan dengan skor mencolok 0-5 oleh PSG di Final Liga Champions pada Minggu, 1 Juni 2025 dini hari WIB. Laga pamungkas tersebut diselenggarakan di Allianz Arena, Munich, dengan kick-off pada pukul 02.00 WIB.

Lima gol kemenangan PSG yang membungkam Inter Milan dicetak oleh Achraf Hakimi pada menit ke-12, disusul dwi gol dari Desire Doue (20′, 63′), Khvicha Kvaratskhelia (70′), dan ditutup oleh Senny Mayulu (86′). Kemenangan telak 5-0 ini tidak hanya mengukuhkan PSG sebagai juara Liga Champions musim ini, tetapi juga menjadi trofi Liga Champions perdana dalam sejarah mereka. Sementara itu, Inter Milan harus menelan kekecewaan pahit.

Kegagalan di Liga Champions ini semakin menambah daftar panjang musim yang kurang memuaskan bagi Inter Milan di bawah asuhan Simone Inzaghi. Sebelumnya, I Nerazzurri juga gagal menjuarai Coppa Italia dan meraih Scudetto Serie A Liga Italia.

Menyikapi kekalahan telak di final dan spekulasi yang berkembang, CEO Nerazzurri, Giuseppe Marotta, memberikan pandangannya tentang masa depan Simone Inzaghi. “Penilaian kami terhadap Inzaghi tidak berubah. Seperti yang sudah saya katakan, dia masih memiliki satu tahun tersisa dalam kontraknya, dan selama empat tahun terakhir, dia telah membuktikan dirinya layak memegang peran ini,” ungkap Marotta.

Ia menambahkan, “Inzaghi menunjukkan profesionalisme luar biasa, dan satu malam yang mengecewakan tidak akan menghapus semua pencapaiannya. Kami akan bertemu dan berdiskusi, terlepas dari bagaimana hasil final ini,” ujar sang CEO, dikutip dari laman resmi Inter Milan pada Minggu, 1 Juni 2025 pagi.

Giuseppe Marotta juga mengakui bahwa laga kontra PSG adalah pertandingan yang sangat berat bagi timnya. Ia tidak menampik bahwa PSG memang tampil jauh lebih unggul dari Inter Milan.

“Ini malam yang berat. Kami menghadapi lawan yang benar-benar mengungguli kami. Terlepas dari skor akhir, kekalahan ini memang pantas kami terima,” tutur Marotta. “Namun begitu, ini seharusnya tidak menutupi musim luar biasa yang telah kami jalani; cukup lihat perjalanan kami di Liga Champions. Kami menghadapi tim yang sangat kuat, dan kami benar-benar minta maaf kepada banyak penggemar yang datang ke sini untuk mendukung kami,” tambahnya.

Lebih lanjut, Giuseppe Marotta menekankan bahwa mencapai final Liga Champions merupakan sebuah pencapaian yang sangat sulit. Ia tak lupa mengucapkan terima kasih kepada staf, pelatih, dan seluruh skuad Inter Milan yang telah bekerja keras membawa tim hingga ke babak puncak kompetisi Eropa tersebut.

“Mencapai malam ini, final ini, adalah hal yang sangat sulit. Kami sepenuhnya pantas berada di sini, setelah mengalahkan Bayern Munich dan Barcelona di sepanjang jalan,” ujarnya. “Hari ini kami gagal dan tidak memberikan perlawanan seperti yang kami harapkan, tetapi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada staf, pelatih, dan semua orang. Perjalanan kami musim ini – yang berlangsung selama 59 pertandingan – menunjukkan bahwa tim ini layak berada di level ini. Namun, pada akhirnya harus berakhir dengan kekalahan,” pungkas Giuseppe Marotta.

Jalannya Pertandingan

PSG memulai pertandingan dengan cara yang sedikit tidak biasa, membuang bola pertama ke wilayah Inter Milan begitu kick-off dimulai. Namun, setelah lima menit berlalu, tim asuhan Luis Enrique segera menguasai jalannya laga dengan intensitas tinggi dan dominasi penguasaan bola. Inter tampak kesulitan keluar dari tekanan dan lebih banyak mencari celah melalui serangan balik.

Peluang pertama datang dari skema bola mati setelah Desire Doue dilanggar Bastoni. Vitinha mengirimkan umpan silang berbahaya ke depan gawang, dan Marquinhos hampir menanduk bola ke arah yang tepat. Beberapa saat kemudian, tembakan awal dari Doue masih terlalu lemah dan mudah diamankan oleh Yann Sommer.

Dominasi PSG akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-12. Melalui kombinasi cepat, Vitinha mengirimkan umpan terobosan matang kepada Doue di dalam kotak penalti. Alih-alih menembak sendiri, penyerang muda itu justru memberikan umpan manis ke Achraf Hakimi yang tidak terkawal. Eks pemain Inter Milan itu dengan mudah menceploskan bola ke gawang kosong. Hakimi memilih tidak merayakan golnya secara berlebihan, namun para pendukung PSG langsung berpesta dengan flare dan sorakan.

Delapan menit berselang, PSG menggandakan keunggulan melalui skema serangan balik cepat. Saat Inter Milan sedang menyerang dari sisi kiri, bola berhasil direbut dan langsung dialirkan ke Ousmane Dembele yang kemudian memberikan umpan kepada Doue. Pemain berusia 19 tahun itu melepaskan tembakan dari sisi kanan kotak penalti, dan bola membentur kaki Federico Dimarco sebelum berubah arah serta mengecoh Sommer, menjadikan skor 2-0 untuk PSG.

Inter sempat mendapatkan peluang emas di menit ke-23 melalui sepak pojok Calhanoglu. Acerbi berdiri bebas dan menanduk bola dari jarak dekat, namun sundulannya justru melambung tinggi. Ancaman kembali datang di menit ke-37, kali ini Marcus Thuram menyambut umpan Calhanoglu, tetapi sundulannya hanya melenceng tipis dari gawang. PSG menutup babak pertama dengan penguasaan bola dan kontrol permainan yang dominan, unggul 2-0 atas Inter Milan.

Memasuki babak kedua, PSG tetap mempertahankan intensitas permainan mereka, menunjukkan kepercayaan diri tinggi setelah unggul dua gol. Tak lama setelah peluit babak kedua dibunyikan, Khvicha Kvaratskhelia nyaris menambah keunggulan PSG lewat aksi individu memukau. Pemain Georgia itu melewati beberapa pemain Inter sebelum melepaskan tembakan yang hanya menyamping tipis dari tiang kiri.

Beberapa menit kemudian, Kvaratskhelia kembali mendapat peluang setelah menyambar bola rebound di kotak penalti, tetapi tembakannya juga belum menemui sasaran. Inter mencoba memberikan perlawanan. Nicolo Barella dan Nicola Zalewski mencoba melepaskan tembakan dari luar kotak penalti, namun semua berhasil diblok barisan pertahanan PSG. Sementara itu, Hakan Calhanoglu beberapa kali mengirimkan umpan silang dari situasi bola mati, namun Donnarumma tampil sigap mengamankan gawangnya.

Pelatih Simone Inzaghi mencoba mengubah situasi lewat sejumlah pergantian pemain. Federico Dimarco, Benjamin Pavard, dan Mkhitaryan ditarik keluar, digantikan oleh Nicola Zalewski, Yann Bisseck, dan Carlos Augusto. Sayangnya, rotasi ini tidak memberikan dampak signifikan pada alur serangan Inter hingga menit ke-60.

Petaka justru menghampiri Inter Milan lagi di menit ke-63. PSG yang terus menggempur pertahanan lawan akhirnya memperbesar keunggulan. Vitinha, yang menjadi motor permainan lini tengah, memberikan umpan matang ke Desire Doue yang tidak terkawal di dalam kotak penalti. Tanpa ragu, pemain muda ini menyambut bola dengan sepakan pertama yang langsung menembus sisi kanan bawah gawang Sommer. Skor berubah menjadi 3-0 untuk PSG.

Beberapa menit setelah mencetak gol, Doue mendapat kartu kuning dan kemudian ditarik keluar untuk digantikan oleh Bradley Barcola di menit ke-66. Di sisi Inter Milan, frustrasi semakin terlihat. Simone Inzaghi bahkan mendapat kartu kuning karena protes berlebihan dari pinggir lapangan.

Unggul 3-0, Paris Saint-Germain belum menunjukkan tanda-tanda melambat. Di menit ke-69 dan 71, dua pemain Inter Milan — Marcus Thuram dan Francesco Acerbi—diganjar kartu kuning akibat pelanggaran keras. Sinyal frustrasi mulai terlihat jelas dari kubu Nerazzurri. Sementara itu, Hakan Calhanoglu ditarik keluar dan digantikan oleh Kristjan Asllani, namun pergantian ini juga belum mampu mengubah jalannya laga.

Barcola hampir menambah derita Inter lewat sepakan keras dari dalam kotak penalti, namun bola masih melambung tipis di atas mistar. Garis tinggi yang dimainkan Inter Milan lagi-lagi berbuah petaka. Saat sedang asyik menyerang, mereka kehilangan bola. Serangan balik PSG berhasil dimaksimalkan menjadi gol di menit ke-73. Gol keempat lahir lewat kombinasi rapi Ousmane Dembele dan Khvicha Kvaratskhelia.

Dembele yang tampil aktif di sisi kanan menyerang, mengirim bola matang ke Kvaratskhelia di dalam kotak penalti. Pemain Georgia itu kemudian menunjukkan kelasnya dengan sepakan melengkung indah yang bersarang di pojok kiri gawang. Sementara itu, Inter Milan sempat menebar ancaman lewat Nicolo Barella, yang melepaskan tembakan tajam ke pojok kanan bawah, tetapi Gianluigi Donnarumma menunjukkan refleks luar biasa untuk menggagalkan peluang tersebut.

PSG menambah satu gol lagi lewat gol dari pemain muda mereka, Senny Mayulu, di menit ke-86. Hingga peluit akhir dibunyikan, PSG sukses mempertahankan skor 5-0 untuk menjadi juara Liga Champions.

Also Read

Tags