Panji.id – , Jakarta – Suasana romantis menyelimuti BNI Java Jazz Festival di JIExpo Kemayoran saat Tunde Baiyewu, penyanyi berdarah Nigeria, tampil memukau sebagai penampil spesial. Kehadirannya pada hari kedua festival jazz terbesar di Asia, Sabtu, 31 Mei 2025, menjadi puncak kegembiraan, melengkapi kemeriahan panggung utama yang sehari sebelumnya telah diguncang oleh aksi fenomenal Jacob Collier di hadapan ribuan penonton.
Karakter suaranya yang hangat dan penuh jiwa berhasil menciptakan atmosfer yang begitu intim dan romantis sepanjang malam. Dengan pembawaannya yang tenang di atas panggung, Tunde mengajak penonton untuk meresapi setiap lirik dari lagu-lagu ikoniknya, seperti ‘Diamond in a Rock’, ‘Postcard from Heaven’, ‘I Saw the Light’, dan beberapa lainnya. Tak hanya itu, ia juga mempersembahkan kejutan istimewa dengan membawakan lagu berjudul ‘Rain Touring’ untuk pertama kalinya di hadapan publik, menambah kekhasan penampilannya.
Makna Syukur Bagi Tunde Baiyewu di Java Jazz Festival
Sebelum melantunkan lagu ‘Awake’ yang penuh makna, Tunde Baiyewu berbagi refleksi mendalam mengenai arti rasa syukur baginya. Penyanyi kelahiran 1968 ini menceritakan bagaimana pandemi Covid-19 mengubah banyak sendi kehidupan. “Ketika Covid melanda, dunia berubah. Banyak hal yang berakhir dan tak pernah kembali. Beberapa nyawa hilang dan tak pernah bangun lagi,” tuturnya dengan nada emosional, menggema di seluruh area pertunjukan.
Dalam momen kontemplatif tersebut, Tunde mengajak seluruh penonton untuk senantiasa menemukan rasa syukur dalam hidup, meyakini bahwa “kelimpahan tumbuh dari hati yang bersyukur”. Sebuah prinsip yang ia pegang teguh setiap kali bangun pagi. “Saya hanya mengucapkan terima kasih,” tambahnya, sebelum intro lagu ‘Awake’ yang menyentuh hati mulai mengalun, mengundang penonton untuk merasakan kedalaman pesannya.
Tunde Baiyewu tampil dalam acara BNI Java Jazz Festival 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, 31 Mei 2025. Tempo/Magang/Ahmad Naufal Oktavian
Tunde: No Alcohol!
Antara jeda lagu, Tunde Baiyewu sesekali terlihat meminum sesuatu dari gelasnya di atas panggung. Dengan senyum ramah, ia mengangkat gelasnya ke arah penonton dan berkata, “Mari kita seruput ini sebentar.” Momen sederhana ini menciptakan koneksi personal dengan para penggemar yang hadir.
Setelah menuntaskan minumannya, ia dengan jenaka memberi tahu isinya, “Lemon dan jahe. No alcohol!” Pernyataannya itu disambut gelak tawa riuh dari para penonton, menunjukkan interaksi hangat yang ia bangun. Tak lama berselang, ia melanjutkan pertunjukan dengan membawakan lagu berjudul ‘Passing the Hours’, menjaga energi positif di panggung.
Bernyanyi Bersama di Depan Panggung
Puncak kemeriahan terjadi saat pertunjukan memasuki lagu terakhir. Sebuah momen tak terlupakan tercipta ketika penonton yang tadinya duduk tenang di kursi masing-masing, satu per satu bangkit dan bergerak maju ke depan panggung. Mereka mengerubungi Tunde Baiyewu yang dengan penuh semangat menyanyikan ‘High’, salah satu lagu paling ikonik dari Lighthouse Family.
Malam itu, pertunjukan Tunde Baiyewu bukan sekadar konser musik biasa. Ia berhasil menciptakan ruang kontemplatif yang mengajak penonton merenungi makna kehidupan melalui lirik-lirik lagu dan instrumen yang terasa begitu hangat dan intim. Tunde Baiyewu membuktikan bahwa musik yang jujur dan tulus memiliki kekuatan luar biasa untuk menyentuh hati pendengarnya dengan mudah dan mendalam.
Seperti pada outro repetitif lagu tersebut, Tunde akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan di hati penggemarnya. Pertunjukan spesial di BNI Java Jazz Festival 2025 ini ditutup dengan rasa haru dan meninggalkan jejak kenangan yang akan selalu memiliki tempat istimewa bagi setiap yang hadir.
MUHAMMAD RIFAN PRIANTO